Nama Jack Dorsey kembali menyeruak ke khalayak publik. Ya,
sosok pendiri Twitter ini rupanya kembali menjadi CEO Interim (sementara)
jejaring sosialmicroblogging berlogo burung biru itu sejak Dick Costolo
meninggalkan jabatannya secara resmi hari ini, Jumat (12/6/2015).
Seperti yang sudah diketahui, Dorsey memang pernah menjabat
CEO Twitter sebelum Costolo mengambil alih posisi tersebut.
Kembalinya Dorsey ke tahta pimpinan Twitter pun mengundang
beragam spekulasi dari pengamat jejaring sosial dan juga netizen. Sebab,
sebagaimana yang dikutip dari lamanBusiness Insider, sosok Dorsey memiliki
masa lalu yang terbilang cukup `kelam` selama sepak terjangnya mempimpin
jejaring sosial burung biru ini.
Ketika memulai karirnya di era tahun 2000an, Dorsey mencoba
untuk menggagas cikal bakal Twitter. Di secarik kertas, ia mencoba
merancang sebuah situs microbloggingbernama Stat.us, pada saat itulah ia
merintis pekerjaannya merangkap sebagai seorangengineer.
Ia bergabung dengan rekannya Evan William dan sebuah startup podcast Biz
Stone yang bernama Odeo. Namun, sayangnya mekanisme kerjanya terpecah.
Akhirnya, pada tahun 2007, Dorsey pun ditunjuk menjadi CEO. Pada saat itu, ia
baru berumur 30 tahun.
Awalnya, dibawah kendali Dorsey, Twitter tidak berada di
situasi yang stabil. Memang Twitter sempat menjadi sorotan Netizen saat itu.
Namun, perkembangannya di sisi produk dan manajemen tim terbilang berantakan.
"Jack itu benar-benar "gila", pintar
dan product visionary," salah satu rekan Dorsey yang berkomentar
mengenai dirinya. "Tapi sayangnya Jack belum siap jadi CEO pada saat
itu."
Kenyataannya, Dorsey memang berjuang dengan `transisi`
instannya dari seorang engineermenjadi seorang pemimpin. Saat itu, ia
dinilai tidak mampu memimpin tim dengan baik, para karyawannya pun tidak merasa
puas bekerjasama dengannya.
"Peran Jack memang sangat berpengaruh bagi orang-orang
di sekitarnya, namun sayangnya dia bukan tipikal orang yang operational, tidak
terlalu efektif berposisi pemimpin." ungkap salah seorang rekannya lagi.
Selain dari cara Dorsey memboyong timnya, bukti lain dari
yang datang adalah efektivitas penggunaan Twitter yang pada saat itu yang belum
berfungsi secara baik.
Twitter sering crash, dan sering menunjukkan
gambar ikan paus (tanda overload) yang tentunya kerap ditemui para
pengguna saat itu. Bahkan, ketika masa Dorsey menjadi CEO, Twitter sempat crash selama
enam hari berturut-turut.
"Jack itu pintar, tapi dia bukan seorang pemimpin. Dia
bisa menggunakan kemampuannya untuk `menginspirasi` investor daripada
menginspirasi karyawannya." ungkap salah seorang rekannya lagi yang
terkait testimoninya terhadap Dorsey.
Bahkan, Dorsey juga dikatakan mudah kehilangan
fokus. Pada saat menjabat CEO, Dorsey sering pulang lebih awal untuk
mengambil kursus malam. Dia juga sering pulang duluan untuk kursus seni dan
kelas yoga. Kegiatan `ekstrakulikuler` inilah yang kerap membuat Dorsey
terganggu dan tidak fokus tehadap pekerjaanya.
Akhirnya, pada 2008, di tengah perjuangannya membawa Twitter
menjadi situs jejaring sosial terdepan, Dorsey memilih untuk berhenti
menjadi CEO. Posisinya, pada saat itu diganti oleh rekannya Evan Williams.
0 komentar:
Posting Komentar